Masterceme, Kesehatan - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengungkapkan bahwa salah satu tingginya angka kematian pasien COVID-19 selain penyakit bawaan dan usia, juga dikarenakan keterlambatan penanganan.
Dalam temu media daringnya, Ari mengatakan bahwa terkadang pasien COVID-19 di Indonesia sudah datang dan diperiksa dengan kondisi kesehatan yang buruk.
"Pada saat pasien itu datang ke rumah sakit, dokter bisa memprediksi bahwa ini memang prognosisnya agak berat. Ketika diperiksa itu saturasinya sudah turun pada saat IGD.
Beberapa faktor lain yang memperberat misalnya, trombosit yang turun hingga mengarah ke sepsis, fungsi hati meningkat, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, hingga fungsi ginjal yang buruk.
Ari mengungkapkan kondisi ini juga diungkap dalam diskusi yang telah dilakukan beberapa dokter dan pakar di Indonesia.
"Jadi pasien-pasien ini datang terlambat. Kita tahu rumah sakit rujukan sudah penuh, di sisi lain ada rumah sakit dengan kapasitas yang terbatas sehingga harus mengirim. Ini hal-hal yang membuat pasien datang ke rumah sakit rujukan jadi terlambat," kata Ari.
"Bisa saja sudah terjadi komplikasi yang saya bilang seperti komplikasi gangguan ginjal, gangguan liver, mungkin trombositnya sudah turun pada saat ke IGD," katanya.
Selain itu, usia juga menjadi faktor tetap yang bisa membuat COVID-19 menjadi mematikan bagi seseorang. Maka dari itu, orang-orang tua haruslah dilindungi dari kondisi ini.
46 dinyatakan sembuh. Namun, angka kematian jauh lebih tinggi hingga 87 jiwa.
Sumber : Liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.